Cerpen : Kehadiranmu Mengubahku
KEHADIRANMU MENGUBAHKU
Oleh: Khairana Saviera Kusuma
Kelas: X-5 / 2023
Bak berdampingan dengan matahari, panas nya sinar mentari
pada pagi hari ini sungguh membuat kicauan burung semakin menjadi. Padahal,
jarum jam baru saja mendaratkan ujung nya menunjuk ke arah tepat pukul 6.30
pagi. Entah ke ajaiban apa yang tuhan berikan kepada seorang pelajar yang
tengah duduk di bangku SMA ini. Dia adalah Karel Zevallo Arakan, Laki-laki yang
kerap di panggil Karel ini memang
terkenal sekali suka ngaret alias terlambat untuk masuk sekolah. Biasanya, Jam
8.00 pagi adalah waktu dimana ia mulai beranjak dari rumah nya. Tetapi, berbeda
dengan hari ini, Karel memutuskan untuk berangkat ke sekolah jam 6.30 pagi.
Bahkan, satpam komplek nya saja sampai keheranan dia bisa berangkat sekolah
lebih awal dari biasanya.
“Hey, rel mau kemana kamu jam segini rapi bener, ngga
biasanya”, ujar si satpam.
“Ya masa ga tau, kalau udah jelas-jelas pakai seragam abu
putih sama tas begini tanda nya mau kemana”, balas Karel dengan sedikit
terkekeh.
“Ah masa si, ga nyangka loh aku, kamu mau berangkat
sekolah jam segini”, sahut satpam komplek yang tak percaya dengan apa yang
dilakukan Karel.
“Yaudah lah bang, aku
mau berangkat dulu.”, ucap Karel sebelum ia beranjak dari kawasan pintu masuk
komplek nya.
“Yoi rel, hati
hati di jalan ya..”, sahut si satpam.
(Sesampainya
di kawasan SMA)
“Astaga, udah dateng jam segini masa aku
masih harus manjat pagar belakang sekolah lagi sih”, gerutu Karel yang telah
sampai di Kawasan SMA Delta.
Karel terus menggerutu sambil memandangi jam tangan nya.
Setelah menghabiskan beberapa waktu di depan pintu gerbang SMA nya itu, ia
memutuskan untuk pergi ke belakang kawasan SMA. Seperti yang sering di
lakukannya, ia memanjat pagar belakang SMA tersebut dengan menggunakan tangga
yang telah ia dan teman teman nya sediakan sejak lama.
“Gini amat sekolah di sekolah favorit, telat dikit aja ga
boleh masuk”, ujar Karel sambil terus berusaha melintasi pagar pembatas halaman
sekolah tersebut yang juga menjadi pembatas dengan selokan dan jalanan.
”Dug..”, bunyi sebuah benda yang jatuh di selokan dekat
pagar tersebut.
“Argh sial, kenapa harus jatuh si buku paket ku”, kesal
nya yang melihat buku paket yang akan di gunakan nya di jam mata pelajaran
pertama itu jatuh.
Entah acuh atau telah hilang harapannya untuk mendapatkan
buku paket tersebut kembali. Karel justru memilih untuk segera turun dan masuk
ke halaman belakang SMA Delta. Sambil menyusuri jalanan di taman belakang
sekolah tersebut, ia terus berfikir bagaimana cara nya agar ia mendapat buku
paket matematika yang pada saat itu ia butuhkan. Ia tidak mau sudah datang
terlambat tidak membawa buku paket pula. Sudah terbayang di benak nya bagaimana
Bu Farah akan mengomeli nya dan menjemur nya di depan tiang bendera hingga bel
pergantian jam berbunyi.
“Masa aku harus di jemur di tiang bendera lagi sih. Ga
mau. Itu ga boleh terjadi lagi. Pengalaman
yang bener-bener cukup sekali aja deh di rasain dan ga untuk
di ulang kembali”, ujar karel sambil mengingat ngingat saat dimana ia harus
merasakan kejadian tersebut.
Saat sedang celingak celinguk, sorot mata Karel tertuju
pada seorang gadis yang duduk di salah satu gazebo yang berada di area taman
belakang sekolah nya itu. Sontak ia terus mengikat pandangan nya dan meneliti perempuan
tersebut. Menggunakan kerudung putih, bersepatu hitam, dan menggunakan atribut
– atribut lain secara lengkap. Serta, terlihat ia sedang menggunakan buku paket
matematika.
“Wah pas banget ada cewek rajin yang lagi make buku
matematika.”, ujar Karel yang sebenarnya ia sudah sering melihat keberadaan
perempuan tersebut dan merasa penasaran dengan sosok nya.
Tanpa menunggu lama, ia segera melangkahkan kaki nya
menuju gazebo yang di duduki perempuan tersebut.
“Hai.. Permisi”, ucap Karel dengan ramah menyapa sosok
perempuan tersebut.
Tak butuh waktu lama, perempuan itu langsung menoleh dan
memandang keberadaan Karel.
“Iya, Kenapa ya?”, sahut perempuan itu.
Mendengar respon dari perempuan itu, Karel langsung
berusaha memaparkan alasannya menghampiri perempuan itu.
“Jadi gini, aku liat kamu lagi jam kosong ya dan kamu
lagi bawa buku paket matematika kelas 12. Nah, kebetulan tadi buku paket aku
jatoh di selokan. Jadi, aku mau pinjem buku paket kamu boleh? Karena jam
pertama ini aku ada mata pelajaran matematika. kamu tau kan gimana Bu Farah
bakal ngehukum murid nya yang ga patuh aturan. Jadi aku mohon banget ke kamu
buat minjemin buku paket matematika itu” Perempuan itu terus berusaha mencerna
penjelasan Karel tentang mengapa Karel memanggilnya.
Setelah ia memikirkan keputusan nya akhir nya ia meminjam
kan buku paket matematika nya kepada Karel.
“Iya ini, pinjam aja. Jam pelajaran matematika gue masih
nanti habis istirahat kok”, ujar si perempuan menyahut pemaparan Karel.
“Yes, syukurlah kamu mau minjemin buku paket nya, aku
udah merinding duluan bayangin gimana amukan Bu Farah nanti. Ngomong – ngomong
nama lo siapa? Dan kelas lo apa?”, ucap Karel kepada si Perempuan.
“Karina Senclovazca. Panggil aja Karina dari MIPA 1”, jawab
si perempuan yang sedari dulu telah Karel temui namun belum sempat untuk
berkenalan.
“Nama yang bagus, Kenalin gue Karel dari kelas MIPA 2.”,
sahut Karel sembari menyodorkan tangan nya.
“Oh iya, salam kenal”, balas Karina kepada Karel dan
kemudian berjabatan dengan nya
Karel yang terlihat sedang sibuk memasuk kan buku paket
nya ke dalam tas mengucap kalimat perpisahan pada pertemuan mereka pagi hari
itu.
“Yaudah kalau gitu gue masuk kelas dulu ya.”, ucap karel
menutup pembicaraan mereka.
Karina
terus memandangi punggung Karel yang kian bergerak menjauh sembari bergeming
“Itu beneran Karel, si cowok brandal”, ujar nya dengan
kebingungan.
“Emang bener keliatan sih kelakuan nya kaya nama belakang
nya. Arakan alias urakan.”, bukan lagi seperti yang dirasakan perempuan lain
yang menganggap bahwa Karel adalah sosok laki - laki idaman mereka.
Tetapi Karina
berfikir tentang bagaimana bisa ada orang yang se tidak beraturan itu. Ya,
karina memang sudah mengenal karel cukup lama, karena sosok Karel memang sangat
terkenal di SMA Delta. Lagi pula siapa sih yang tidak kenal Karel. Dia memang
berandal, tapi dia adalah ketua basket sekaligus anggota OSIS. Tak heran bukan
mengapa Karel terkenal dan banyak wanita mengidolakan nya.
Bel penunjuk waktu istirahat telah berbunyi. itu artinya
Karel harus segera mengembalikan buku paket matematika itu kepada Karina. Tanpa
ragu ia meninggalkan kelas beserta penghuni nya itu untuk mencari keberadaan Karina
di tengah keramaian yang ada.
"Nahh itu dia", ujar Karel yang tak lama kemudian
langsung menghampiri Karina.
"Karina, ini buku paket kamu. Makasih ya.", ucap
Karel di sertai senyum di bibir nya.
"Iya sama sama", jawab Karina dengan ramah.
"Sebagai tanda terimakasih. kamu mau makan bareng aku
di kantin ga?", tanya Karel kepada Karina.
"Ngga makasih, aku mau ke perpus", jawab Karina
menanggapi ajakan Karel tersebut.
Rasa penasaran Karel semakin menjadi kepada Karina di
kala mendengar respon Karina tersebut. Bagaimana tidak, seorang Karel Zevallo di
tolak ajakan nya oleh seorang Wanita, benar – benar kejadian yang langka.
"Kalo gitu aku ikut", ucap karel dengan jelas.
“Mau ngapain kamu?”, tanya Karina yang merasa janggal
dengan pernyataan Karel.
“Pengen tau aja gimana kehidupan anak rajin”, jawab Karel
sambil cengengesan.
“Yaudah, terserah”, balas Karina dengan asal.
Karina tidak peduli dengan berbagai mata yang memandang
mereka berdua. Dia hanya langsung mengarahkan kaki nya menuju ke perpustakaan
sekolah, dengan Karel yang mengekori nya.
“Wah nyaman ya.”, ucap Karel yang baru saja mendaratkan
tubuh nya di salah satu kursi perpustakaan.
Karina tidak membalas celutakn Karel, ia hanya berfokus
pada buku – buku pembelajaran yang telah ia pilih. Bahkan, ia tidak menganggap
keberadaan Karel.
Waktu terus berlalu, Karel mulai merasa bosan setelah
menjelajahi beerbagai rak buku dan melihat cover – cover buku yang ada. Hingga
akhirnya ia membuka topik dan bertanya kepada Karina.
“Kok kamu bisa sih suka banget belajar. Ga bosen? Ga
capek?”, tanya Karel kebingungan dengan kebiasaan Karina ini.
“Kalo aku mah suka ga suka harus tetep belajar. Karena aku
anak pertama. aku harus jadi contoh buat adik adik, aku harus memenuhi
ekspetasi keluarga ku, dan aku bukan dari keluarga yang berada kaya kamu. Capek
ya pasti, tapi aku harus selalau ingat kalau aku menanggung semua masa depan
keluarga ku.”, balas Karina tanpa menolehkan wajah nya ke Karel.
Karel yang mendengar hal tesebut sontak merasa terenyuh
dan iba kepada Karina, karena sosok yang selama ini dia kira terlalu ambisius,
ternyata memikul beban yang cukup berat.
“Emang nya kamu punya cita cita apa, kok sampe se
ambisius ini?”, tanya Karel lagi kepada Karina.
“Dokter, aku pengen jadi dokter. Karena aku tau gimana
rasanya harus berobat tapi terkendala biaya. aku ga mau ngalamin hal itu lagi.”,
jawab Karina lagi.
Hati Karel lansung teriris di kala ia mendengar kata
dokter. Karel langsung teringat dengan ibu nya. Ya, Ibu Karel telah meninggal 2
tahun lalu. Karel sangat merindukan sang ibu. Ia merindukan bagaimana kasih sayang
ibu dan bagaimana sang ibu selalu mendukung dan memberi semangat di kala ia
masih menginjak bangku SMP.
“Rel, kamu kenapa bengong hey..”, tegur Karina kepada
Karel yang sempat bengong beberapa saat.
“Eh ngga kok, aku cuma keinget almarhumah mama aku. Dulu
beliau selalu kasih semangat dan dukungan buat aku. Mama ku juga seorang
dokter.”, jawab Karel dengan senyum tipis nya.
“Mama ku pengen aku jadi perwira. Bisa ga ya aku menuhin
keinginan mama”, tambah nya, sembari berputus asa.
“Kenapa ngga bisa? Bisa kok, pasti bisa.”, tegas Karina
berusaha menyemangati.
“Ayo kita berjuang sama – sama. Ga ada kata ga mungkin
selama kita punya keinginan kuat dan terus berusaha”, ucap Karina kepada Karel
yang terlihat lesu.
Mendengar hal itu, sontak Karel langsung bersemangat. Bak
dirasuki, ia merasa bahwa pada saat itu ia harus segera merubah kebiasaan nya
yang hanya memedulikan kepuasan masa remaja nya. Ia baru sadar bahwa sekarang
ia sudah duduk di angku kelas 12. Yang artinya ia harus segera memikirkan
keputusan nya setelah lulus SMA ia akan berlanjut kemana.
“Iya Karina. Aku sadar, aku harus mikirin masa depan ku. aku
ga bisa leha - leha gini doang. Ayo kita berjuang bareng buat gapai cita - cita
kita”, tanggap Karel yang juga membuat Karina tersenyum lebar.
“Dunia memang sulit rel. Menanggung ekspetasi, di hakimi
dari segala celah yang membuat kepala rasanya ingin pecah. Bahkan terkadang,
kita menyalahkan keadaan sampai lupa bahwa tuhan punya jalan. Sampai akhirnya,
kita hanya bisa merelakan angan - angan dan terpaku dalam keadaan. Namun aku
yakin, akan ada penduduk muka bumi yang akan mencoba mengerti dan memahami
bahwa semua eksistensi hanyalah angan – angan yang terus di usahakan.”, ucap
Karina sebelum mereka berdua segera memutuskan untuk Kembali ke kelas karena
bel tanda masuk telah berbunyi.
“Yaudah sana balik ke kelas, belajar yang rajin jangan
Cuma gimmick di depan aku doang kamu”, ucap Karina kepada Karel yang berdiri di
sebelahnya
“HAHAHA Siap Bu Dokter Karina”, jawab Karel atas ucapan Karina
tersebut, tentu di sertai nada tengil khas Karel.
“Oke deh, bye perwira tengil. aku masuk kelas dulu ya.
Oiya, jangan lupa segera beli buku paket matematika ya, dan jangan di jatuhin
ke selokan lagi”, ujar Karina menanggapi jawaban tengil Karel.
Karina segera lari menuju kelasnya dan meninggalkan Karel
di lorong tengah sekolah. Mengingat bel tanda masuk telah berbunyi sedari tadi.
Sedangkan Karel ia hanya terus memandangi punggung Karina yang tak lama telah
tak nampak itu. Ia masih bingung bagaimana bisa, pertemuan singkat dengan sosok
wanita itu bisa membuat hidup Karel menjadi berubah dan memiliki tujuan. Karel
bersyukur tuhan memberikan takdir kepadanya untuk bertemu Karina.