Cerpen : Ambisi Prata
Ambisi Prata
Di Pulau Jawa bagian timur tepatnya di Kabupaten Tulungagung terdapat sebuah sekolah yang dijuluki dengan SMARIDUTA atau biasa disebut SMAN 1 Kedungwaru. Disekolah itu terdapat seorang remaja yang sangat pintar dan gigih dalam menuntut ilmu. Namanya Pratayatna Tegar. Ia memiliki tubuh tinggi tegap dengan badan kekar dan wajah yang tampan. Ia adalah seorang yang berasal dari keluarga sederhana dan penuh dengan kebahagiaan. Disekolahnya ia dikenal sebagai Si Juara, karena ia selalu memenangkan apapun perlombaan yang ia ikuti. Prestasi yang diukirnya pun sudah tak terhingga jumlahnya, semua piala yang ia peroleh berhasil memenuhi kotak kaca sekolah dan rumahnya. Disekolah ia akrab dipanggil Prata oleh teman-temannya, Prata sangat akrab dengan banyak temannya karena selain dirinya pintar, dirinya juga baik hati. Ia sangat gemar membantu jika ada yang kesusahan, bisa dibilang membantu sudah menjadi kebiasaan wajibnya.
Tidak semua niat baik Prata disambut dengan senang hati oleh para temannya, saat bertatap muka dengan Prata memang semua terlihat akrab dan baik, ternyata pertemanan tidak semulus yang dibayangkan. Dari sekian banyak teman ada beberapa orang yang tidak suka padanya. Ada beberapa teman yang berlagak baik hanya saat di depan dirinya saja, tetapi saat di belakang mereka merencanakan rencana jahat yang selalu tersusun rapi dan aman.
“Eh, si Prata tuh caper banget ke guru. Mana dia sok pintar!”
“Bagaimana kalau kita kerjain aja dia? “ Ucap Reno dengan penuh rasa angkuh dan iri dengki.
Reno Mareno namanya, seorang siswa yang berhati baik saat di depan Prata saja. Ia memiliki geng dengan 4 orang anggota, geng tersebut terkenal sangat brandal disekolah hingga di juluki Brandal Squad oleh para siswa-siswi SMARIDUTA. Banyak siswa dan siswi disekolah itu yang takut dan seakan tak mau kenal dengan geng ini, hanya Prata saja yang terlalu baik hingga dia diperguna oleh Brandal Squad terutama si Reno.
Suatu hari Prata tidak berangkat ke sekolah, ia sakit karena terlalu lelah dalam mengejar impiannya, dirinya memang merasa kuat namun secara tidak sadar raganya terlalu lelah untuk dipaksa kuat. Kesempatan inilah yang dinantikan oleh Brandal Squad untuk menyusun rencana yang istimewa untuk Prata.
“Ayo kawan mumpung si Prata tidak masuk kita buat rencana yang spektakuler! “ Ucap si Reno untuk memulai pembicaraan jahat tersebut.
“Oke gass, enaknya kita apain tu anak? Apa kita bully aja ya? “ Ide jahat terceletuk dari pikiran salah satu anggota Brandal Squad.
“Oke besok kita standbye di depan kelas, nanti aku yang mengecoh dia dengan aku berpura-pura kesakitan”
“Nanti saat dia sedang menolongku, bagian kalian untuk menyiramkan air ajaib yang aku siapkan untuknya” Ide cemerlang yang terceletuk dari mulut Reno.
Keesokan harinya Prata kembali ke sekolah dengan wajah penuh ambisi, ia sudah siap untuk bertempur kembali mempertarungkan masa depan, sedangkan Reno bersiap dengan segala raut wajah yang penuh kobaran semangat untuk menjahili Prata. Langkah Prata mulai memasuki gerbang sekolah, dengan langkah kaki yang kecil namun pasti badannya pun mulai memasuki lorong lobby yang sedikit dihiasi dengan suara beberapa siswa. Pelan-pelan Prata berjalan menyusuri lorong tersebut, pintu kelas X-5 yang terbuka lebar dengan seorang siswa yang berdiri di depannya sudah terlihat jelas dari penglihatan Prata. Sekarang ia sudah berdiri di depan kelas dan langkah kakinya pun berhenti tepat di depan pintu kelas itu. Siapa sangka langkahnya terhenti karena dihadang oleh Reno, Si Reno memulai akting dengan sangat mulus. Ia memasang raut wajah seolah-olah kakinya kesakitan.
“Aduh tolong Ta kakiku sakit! “ akting Reno kesakitan.
“Kakimu habis terkena apa? Kakimu kram? “ sahut Prata dengan suara cemas.
“Aduh pokoknya sakit, bantu bangun dong. Kamu tidak peka banget sih! “
“Eh iya maaf maaf, ayo sini aku bantu! “
Saat Prata menarik tangan Reno dan membantunya berdiri, tangan Reno memberi aba-aba kepada para anggota Brandal Squad untuk melancarkan aksinya itu. Begitu Prata membungkuk dan meraih tangan Reno, badan Prata dimandikan dengan air yang sudah dicampur tanah dan kotoran kambing hasil mencuri dikandang kambing milik tetangganya.
“Byurrr” suara air yang disiram ke tubuh Prata.
“HAHAHAHA kena juga kan lo” tawaan salah satu anggota Brandal Squad
“Makanya jadi anak itu jangan suka caper ke semua orang, mana suka caper ke guru” sahut Reno dengan raut wajah memerah karena tertawa terbahak-bahak.
Siapa sangka ternyata rencana Brandal Squad berjalan dengan sangat mulus dan berhasil membasahi tubuh Prata di depan beberapa anak yang sudah berada di sekolah. Tidak ada satu pun guru yang tahu karena suasana yang masih pagi. Brandal Squad itu meninggalkan Prata begitu saja tanpa memikirkan akibat dari ulahnya. Kini tinggalah Prata sendirian di depan pintu kelas dengan badan yang basah dan lantai yang tergenang air kotor. Dengan kondisi badan yang basah dan bau Prata berjalan menuju kamar mandi. Entah apa yang ia pikirkan saat ini, antara baju yang basah dan dirinya yang sudah dipermalukan oleh Brandal Squad.
Setibanya di kamar mandi, Prata terdiam sejenak di depan kaca toilet dan memikirkan apa yang terjadi baru saja. Cukup lama Prata melamun di kamar mandi, hingga pada akhirnya ada seseorang yang mengejutkannya. Orang tersebut tidak lain adalah Gresseila, salah seorang teman Prata yang berparas cantik dan rupawan. Gres dan Prata tidak terlalu akrab namun dia baik kepada Prata, biasanya Prata memanggilnya dengan sebutan Gres.
“Loh Ta, kenapa kamu ditoilet cewe? “ sambil menepuk pundak Prata
“Kenapa juga kok bajumu kotor dan basah seperti itu? “ tanya Gres kepada Prata dengan raut wajah ingin tahu.
Prata terkejut dengan kehadiran Gres, secara tidak sadar wajah cantik Gres berhadapan dengan wajah tampan Prata.
“Kenapa hatiku berdetak begitu kencang ya saat Gres menatapku seperti ini! “ gumam Prata dalam hatinya.
“Ternyata wajah Prata semenenangkan itu ya” gumam Gres yang sebenarnya kagum dengan ketampanan Prata.
Tiba-tiba.
“Eh maaf “ Prata sadar dari hanyutan dirinya saat memandang wajah Gres.
“Eh iya tidak apa-apa” jawab Gres.
Setelah sadar, Prata menceritakan semua kejadian tadi kepada Gres, dan Gres pun bergegas meminjamkan baju ganti ke koprasi sekolah. Prata langsung berjalan menuju kamar mandi cowo dan dia menggati bajunya dengan di temani Gres yang berdiri di depan pintu ruang toilet cewe karena kedua toilet tersebut bersebelahan.
Prata pun selesai mengganti bajunya dan segera keluar dari kamar mandi untuk kembali ke kelas. Mereka berdua berjalan berdampingan dengan diiringi candaan kecil yang menghiasi langkah kaki mereka. Dikelas ternyata sudah banyak siswa yang datang, gumuruh perbincangan menghiasi setiap sudut ruang kelas. Langkah kaki Prata dan Gres mulai menginjak ubin kelas, terlihat bekas air yang menggenang sudah tidak nampak lagi.
“Eh Gres, kamu tau tidak habis ada kejadian apa? “
“Kok di depan pintu tadi ada genangan air? “ tanya salah satu teman dengan raut wajah heran.
Gres tidak ingin menceritakan hal yang terjadi pada Prata tadi pagi, Gres hanya ingin dirinya dan Prata saja yang tau, padahal beberapa orang disekolah sudah mengetahui peristiwa tersebut, namun Gres tidak mengakui hal tersebut. Prata dan Gres pun berpisah dan duduk di kursinya masing-masing, tidak lama suara bel masuk pun berdering.
“KRINGGGG”
Beberapa menit setelah bel berbunyi, terdengar langkah kaki Bu Tri yang menginjak ubin kelas dan diiringi dengan sapaan paginya yang khas.
“Hallo selamat pagi kesayangan Bu Tri”
“Semangat pagi ibu cantik “ jawab para siswa serentak.
Pelajaran pun dimulai, tangan Bu Tri perlahan melukiskan kata-kata indah di papan putih depan kelas. Para siswa memperhatikan dengan seksama setiap goresan bolpoin yang Bu Tri gerakkan itu. Terlihat Prata dan Gres yang asik dengan satuan lembaran putih yang ada di hadapan masing-masing, begitu juga dengan para temannya.
Bu Tri bergerak dari singgasananya dan mulai melangkah menuju meja Prata. Suara Bu Tri terdengar, ternyata beliau sedang mengomentari hasil kerja dari Prata.
“Memang kamu ini paling bisa buat ibu senang? “ puji Bu Tri terdengar di seluruh telinga para siswa.
“Memang ini kan tugas saya sebagai murid bu, saya harus berusaha sebisa mungkin demi masa depan saya” jawab Prata.
“HUUUU, dasar caper” kata itu keluar dari mulut Reno.
“Sudah-sudah, jangan clometan kamu Ren” gertak Bu Tri kepada Reno.
Salah satu kaki Bu Tri bergerak, seolah akan mencari mangsa untuk dikomentari selanjutnya, Langkah kakinya itu menuju ke meja Gres yang sedang asik mengerjakan tugas Bu Tri. Namun hasil kerja Gres tidak sebaik hasil kerja Prata. Bu Tri bukan seorang yang galak, tetapi beliau berekspresi sesuai moodnya saja. Jika mood beliau bagus maka satu kelas pun bisa mendapat rangkaian kata indah darinya, sedangkan jika moodnya sedang tidak bagus maka hanya Prata saja yang mendapat rangkaian kata indah itu. Saat itu mood Bu Tri tidak sebagus biasanya, entah apa yang membuat mood Bu Tri rusak pagi-pagi begini, sehingga saat berhenti disebelah bangku Gres beliau memandangi hasil kerja Gres dan tiba-tiba menegur Gres.
“Apa ini Gres, cara membuat kalimat yang benar bukan seperti itu. Kalau caramu seperti itu pemborosan kata namanya “ tegur beliau dengan nada suara yang sedikit keras.
“Semuanya saja, kalau buat kalimat itu yang bagus. Jangan boros kata nantinya bertele-tele”
“Kalian semua itu sudah SMA, masa hal sekecil ini tidak bisa dilaksanakan. Kapan kalian pintarnya “ amukan Bu Tri yang tiba-tiba merasuki telinga seluruh siswa.
Bel istirahat pun terdengar, dan seluruh siswa senang akhirnya pelajaran Bu Tri hari ini berakhir. Mereka juga senang karena tidak terlalu lama mendengar omelan Bu Tri tadi. Prata menghampiri meja Gres dan mengajaknya untuk duduk ditaman depan kelas. Mereka dudum berdua di sana sembari berbincang hangat dan saling menyemangati satu sama lain.
“Tidak apa-apa Gres, besok kita coba lagi ya” ucapan lembut keluar dari mulut Prata
“Tapi aku selalu berusaha, hasilnya tetap nihil” jawab Gres dengan raut muring dan putus asa
“Mungkin hari ini seperti itu, tapi aku yakin besok teguran Bu Tri akan berubah menjadi pujian” ucap Prata meyakinkan Gres.
Sepertinya mereka berdua sudah mulai ada bibit perasaan yang mungkin suatu hari akan tumbuh lebih besar lagi.
Sehari sudah di lewati Prata dengan sedikit peristiwa mengejutkan yang tidak pernah dibayangkan oleh Prata. Keesokan harinya kembali lagi ke bangunan tempat menuntut ilmu itu, kali ini dirinya lebih berambisi lagi. Selain ambisi belajar dia sekarang juga berambisi ketemu dengan wanita berparas cantiknya, yaitu Gres. Benar saja, kini Prata menaruh perasaan ke Gres namun belum ada tanda kalau gres juga menaruh perasaan ke Prata. Disekolah Prata sibuk menyiapkan olimpiade biologi, sehingga waktu untuk berbincang dengan Gres hampir tidak ada. Walaupun begitu Prata selalu mengirim snack kantin kesukaan Gres kepada wanita berparas cantik itu. Untung saja Prata tahu dan selalu memperhatikan setiap jajanan yang di beli oleh Gres dikanti. Perasaan yang di pendam oleh Prata bukan dari saat dia di tolong oleh wanita itu, ternyata dia sudah memandam perasaan itu sejak lama. Namun ia baru menyadarinya sekarang.
Hari demi hari berlalu, Prata dan ambisinya dalam olimpiade semakin memanas. Reno tetap memperhatikan setiap gerak-gerik Prata dan menjahilinya setiap hari. Untungnya Prata sekarang sadar bahwa Reno dan Brandal Squad bukan teman yang baik untuknya. Prata tetap fokus dan ambis dalam olimpiadenya, tidak lupa kiriman snack kesukaan Gres yang setiap hari dikirim Prata kepada Gres.
Olimpiade berhasil dilalui oleh Prata, perasaan Prata pun juga di respon oleh wanita berparas cantik itu. Kini ambisi Prata selalu berhasil dipenuhinya, baik ambisi dalam akademiknya dan perasaannya kepada seseorang yang selalu berjalan imbang.