Cerpen : Mengejar Angka yang Memberikan Kebahagiaan

 

Mengejar Angka yang Memberikan Kebahagiaan

Oleh : Alung Putra Endrita

 

            Kukuruyuuuuk~~

Suara nyanyian ayam mulai terdengar dan membangunkanku dari tidur lelapku. Ku mulai beranjak dari tempat tidurku dan membuka jendela kamarku. Ku arahkan pandangan keluar jendela, dan kulihat sang mentari mengintip dari luar jendela. Tanpa menunggu lama, aku langsung bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Sesudah beberapa menit, kupakaikan kemeja putih disertai dengan celana abu-abu yang di ikat dengan sebuah sabuk pada tubuhku. Setelah selesai menghias penampilanku, aku langsung bergegas menuju ke dapur. Kulihat sebuah roti di atas meja makan disertai sebuah surat dari ibuku

“Rotinya dimakan sebelum berangkat sekolah yaa!, ibu berangkat kerja dulu,” tulis ibuku dalam suratnya.

 “Hahh..., Ibu selalu berangkat bekerja pada pagi hari dan selalu pulang larut malam,” ucapku.

Setelah aku memakan roti yang disiapkan, aku langsung bergegas menuju pintu rumah dan melangkahkan kakiku menuju ke sekolah.

Di tengah perjalanan, aku melamun dan berbicara dalam hati, “Hahh..., Akhir semester sudah semakin dekat, sebentar lagi pasti akan ramai upacara kelulusan”.

“Hahaha...... sial,” aku tertawa dan melanjutkan perjalanan.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya aku sampai di sekolah. Aku melihat ramai sekali murid-murid yang berbondong-bondong menuju ke kelas mereka masing masing. Aku pun bergegas menuju ke kelasku. Di saat perjalanan menuju ke kelas, aku mendengar seseorang memanggilku dari belakang, seketika aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah suara yang memanggilku. Kulihat wajah yang sudah tidak asing dari pikiranku, ternyata orang yang memanggilku adalah Zea, dia adalah salah satu teman sekelasku. Setelah memanggilku, dia langsung berjalan kearahku.

“Halo bro, kamu mau menuju ke kelas ya, aku ikut sekalian ya!” ucap Zea dengan menunjukkan ekspresi berharap.

Dalam perjalanan menuju kelas, kami mengobrol.

“Wahh... Bentar lagi sudah PAS nih, setelah itu kita lulus, kalau lulus nanti jangan lupa sama aku ya!” ucap Zea kepadaku.

“Haha, nggak mungkin lah aku lupa sama teman sekonyol kamu,” jawabku.

“Hehe, bisa aja kamu,” ucap Zea.

“Tapi-“

 Kriiiiiiingggg~~

Suara Bel sekolah memecahkan ketenangan.

“Ehh, ayo buruan ke kelas, nanti istirahat lanjut lagi ngobrolnya,” ucap Zea dengan tergesa-gesa.

“Okelah,” jawabku.

Kami pun berlari menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, kami berpisah menuju tempat duduk masing-masing. Beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah kaki guru yang memasuki kelas, guru tersebut sekaligus adalah wali kelas kami. Beliau bernama Pak Anas. Setelah menaruh barang barangnya, beliau langsung menyampaikan informasi kepada seluruh murid di kelas.

“Assalamu'alaikum. Selamat pagi anak-anak, jadi hari ini saya hanya akan menyampaikan informasi bahwa 3 minggu lagi, kalian akan menghadapi PAS, ini akan menjadi ujian terakhir bagi kalian sebelum kalian lulus, meskipun ini merupakan ujian terakhir tetapi nilai yang sangat mempengaruhi kelulusan kalian adalah nilai dari tugas yang diberikan oleh bapak dan ibu guru. Oleh karena itu, bagi yang tugasnya belum lengkap, segera dilengkapi ya!” ucap Pak Anas kepada kami.

“Baik pak,” jawab seluruh murid di dalam kelasku.

“Oke, semangat untuk kalian semua, semoga kalian bisa mendapatkan nilai yang memuaskan,” ucap Pak Anas.

“Baik pak, Terimakasih pak!” jawab seluruh murid di dalam kelasku.

Tak lama kemudian, Pak Anas menyampaikan informasi kepadaku, “Oh iya, Vihan, nanti ketika jam istirahat, tolong kamu pergi ke ruang BK ya!”.

Seketika teman-teman sekelas terkejut dengan informasi tersebut, keheningan mulai tercipta di ruang kelasku. Aku samar-samar bisa menebak apa yang akan dibicarakan di ruang BK nanti.

“Baik pak,” jawabku.

Setelah mendengar jawabanku, Pak Anas melangkahkan kakinya untuk keluar kelas. Setelah itu, keheningan didalam kelasku pun pecah,

“Apa yang sebenarnya terjadi Han!?” teman-teman sekelasku mulai bertanya-tanya.

“Aku tidak tahu!” jawabku.

Kriiiinggg~~

Bel sekolah telah berbunyi, menandakan jam istirahat telah dimulai. Seperti yang telah disampaikan Pak Anas tadi, aku pun mulai melangkahkan kakiku menuju ruang BK. Setelah beberapa waktu berjalan, tak kusadari aku sudah berada di depan pintu ruang BK. Tanpa menunggu lama, aku langsung mengetuk pintu tersebut.

*tok tok tok.

“Masuk!” terdengar suara perempuan dari balik pintu.

Kupegang gagang pintunya dan ku buka pintu tersebut secara perlahan. Saat aku memasuki ruang BK, aku melihat ada 2 orang dan sebuah kursi kosong yang seakan akan sudah disiapkan untukku. 2 orang yang ada di ruang BK adalah Pak Anas dan seorang guru BK yang sedang menungguku. Ternyata suara perempuan dari balik pintu tadi adalah guru BK yang duduk mengahadap kursi kosong yang disiapkan untukku. Beliau bernama Bu Aqila.

“Halo Vihan, silahkan duduk,” ucap Bu Aqila kepadaku.

Aku mengikuti perintahnya dan duduk di kursi kosong yang disiapkan untukku.

Tak lama kemudian, bu Aqila mulai berbicara, “Jadi, saya memanggilmu kesini ingin memberikan informasi kepada kamu bahwa nilai tugas dan ujian kamu berada dibawah syarat kelulusan yang berlaku. Jika seperti ini kamu nanti bisa tidak lulus lo Han. Tetapi, jika kamu mendapatkan nilai diatas 90 di semua mata pelajaran, maka masalah ini akan dapat diatasi. Oleh karena itu, saya ingin meminta tolong kepada kamu supaya kamu lebih giat dalam belajar untuk mengejar nilai tersebut”.

“Baik bu, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai tersebut, terimakasih atas informasinya bu,” jawabku dengan wajah suram.

“Iya, sama-sama Vihan. Tetap semangat dan semoga kamu bisa memenuhi syarat tersebut,” balas Bu Aqila.

Setalah berterimakasih aku beranjak dari kursi dan berjalan menuju pintu keluar. Ketika ingin kembali menuju ke kelas, suara Pak Anas terdengar kencang memanggil namaku.

“Vihaan!! Tolong kemari sebentar,” teriak Pak Anas.

“Baik pak!” jawabku dengan kebingungan.

Aku pun langsung berjalan menghampiri Pak Anas.

“kamu ini sebenarnya kenapa, kok bisa nilaimu turun, padahal dulu kamu tuh pintar dan rajin lo, kamu selalu dapat nilai tertinggi dikelas, kenapa sekarang kamu begini?” tanya Pak Anas dengan wajah terheran-heran.

 “Maafkan saya pak, saya terlalu sibuk memikirkan hal lain pak. Setelah ayah saya meninggal, saya melihat ibu saya yang selalu bekerja banting tulang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami pak, ibu selalu berangkat pagi dan selalu pulang larut malam. Saya merasa kasihan dan saya tidak ingin merepotkan ibu saya. Oleh karena itu, saya mulai bekerja paruh waktu setiap pulang sekolah untuk menabung supaya bisa membantu ibu saya memenuhi kebutuhan. Sebab itu, saya jadi lupa belajar dan jarang mengerjakan tugas pak. Sekali lagi, saya sangat minta maaf pak,” jawabku kepada Pak Anas.

Setelah mendengar jawabanku, Pak Anas mulai berbicara kepadaku, “Ooh... Jadi karena itu. Saya turut berduka cita ya Han. Tujuan kamu memang bagus, memikirkan kebahagiaan ibumu, tapi kamu juga tidak boleh melalaikan tugasmu Han. Ibumu bekerja banting tulang bukan hanya untuk menghidupi keluarga, tapi dia juga ingin supaya kamu mendapatkan pendidikan yang layak sehingga ibumu menyekolahkanmu dengan harapan supaya kamu bisa tumbuh pintar dan sukses, jika ibumu tahu bahwa kamu seperti ini, dia pasti akan sedih dan merasa gagal sebagai orang tua. Oleh karena itu, jika kamu tidak mau merepotkan ibumu, maka belajarlah dan jadilah orang yang sukses supaya bisa membantu ibumu dan membahagiakannya”.

“Terus sekarang saya harus bagaimana pak?, PAS tinggal 3 minggu lagi, dan saya masih belum memahami materi materi yang disampaikan pak,” jawabku dengan penuh kegelisahan.

“Hmmm...., Ya sudah, mulai besok sampai hari pelaksanaan PAS tiba, setiap pulang sekolah, tolong kamu datang ke rumah saya, saya akan bantu kamu untuk memelajari semua materi yang tidak kamu pahami. Gimana?” tawaran solusi Pak Anas melegakanku.

“Serius pak!?, Terimakasih banyak pak!” jawabku dengan penuh semangat.

Keesokan harinya seperti yang dikatakan Pak Anas, aku mulai pergi menuju ke rumahnya setiap pulang sekolah, Disana kami mulai balajar berbagai materi yang tidak aku pahami, Pak Anas juga bersemangat dan menjelaskan materi secara detail dan bahasanya mudah dicerna, sehingga aku dapat dengan mudah memahami materi yang dijelaskan Pak Anas. Aku berusaha dengan keras supaya bisa mendapatkan nilai yang memenuhi syarat dan lulus untuk membahagiakan ibuku.

3 minggu kemudian

 PAS telah dimulai, selama PAS berlangsung aku selalu berdoa kepada Allah SWT, supaya dilancarkan dan bisa mengerjakan semua soal-soal PAS. Hari demi hari aku lewati bagaikan di medan perang.

Sampai pada hari terakhir PAS, semua siswa dan siswi diiringi dengan rasa gelisah dan sedikit lega, karena PAS hanya tersisa 1 hari itu juga.

Kriiiiingggg~~

Bel sekolah pun berbunyi menandakan berakhirnya pelaksanaan PAS. Aku pun langsung melangkahkan kakiku untuk berjalan pulang menuju rumah. Senantiasa aku berdoa supaya bisa mendapatkan nilai 90 di semua mata pelajaran, sehingga aku bisa memenuhi syarat kelulusan.

Hingga hari pengumuman pun tiba. Aku melangkahkan kakiku menuju ke sekolah. Ada suatu hal yang berbeda dari biasanya. perasaan gelisah mulai membebani diriku. Beberapa menit kemudian, tak kusadari aku telah sampai sekolah, aku langsung bergegas menuju ke kelasku.

Kriiiiiiinggg~~

Bel sekolah pun berbunyi.

Pak Anas mulai melangkah memasuki kelas dan berbicara, “baik anak anak, selamat kalian telah melewati ujian terakhir kalian, saya yakin kalian telah berjuang sebaik mungkin untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Sekarang saya akan mengumukan kelulusan dan peringkat-peringkat kalian. Saya harap kalian dapat menerima keputusan ini dengan lapang dada”.

Pengumuman akhirnya dimulai, Pak Anas mulai memanggil nama para murid satu persatu dan menyebutkan pernyataan lulus dan peringkat murid tersebut. Ketika itu, dadaku mulai terasa sesak dan jantungku berdetak sangat kencang. Hingga saat giliranku disebut.

“Selanjutnya, nomor absen 38, Vihan Beata Putra, dinyatakan LULUS dan mendapatkan peringkat pertama dalam ujian kali ini!, selamat untuk Vihan!” ucap Pak Anas dengan lantang.

Seketika seisi kelas terkejut. Mereka mulai bersorak gembira dan memberikan selamat kepadaku. Aku pun merasa senang dan sangat bersyukur. Aku melirik kepada Pak Anas, aku melihat Pak Anas tersenyum puas kepadaku.

“Selamat, usahamu telah membuahkan hasil yang memuaskan, dengan ini kamu harus bisa melangkah ke tempat yang lebih tinggi dan membahagiakan ibumu,” puji Pak Anas.

“Iya pak, Terima kasih banyak pak! Atas bimbingan dan nasihat anda pak!” jawabku kepada Pak Anas.

“Baik anak-anak, karena pengumuman sudah selesai, saya akan mengakhiri kegiatan pada hari ini, silahkan kalian bisa pulang kerumah, sekian pengumuman dari saya, jika ada penyampaian yang salah, saya sebagai wali kelas memohon maaf yang sebesar-besarnya, Assalamu'alaikum,” ucap Pak Anas.

“Waalaikumsalam, Terima kasih pak!”

Tanpa menunggu lama, aku langsung berlari menuju ke rumah, tak sabar ingin ku sampaikan berita ini kepada ibuku. Sesampainya di rumah, aku langsung memasuki rumahku. aku mencari keberadaan ibuku. Ketika menuju dapur, aku melihat ibuku yang ternyata sedang memasak.

“Assalamu'alaikum Bu!” salamku kepada ibuku.

 “Waalaikumsalam, bagaimana hasilnya pengumuman hari ini kak?” tanya ibuku dengan penuh rasa penasaran.

“Alhamdulillah bu, aku mendapatkan peringkat pertama dan dinyatakan lulus bu!!” ucapku kepada ibuku dengan bersemangat.

“Alhamdulillah nak, kamu dapat peringkat pertama, ibu bangga sama kamu nak,” jawab ibu dengan wajah ceria.

“Ya sudah, sekarang kita makan malam dulu ya,” ajak ibuku.

“Baik Bos!” jawabku dengan sedikit bercanda.

Malam itu, aku melihat wajah ibuku yang biasanya tampak lelah, saat ini sangat senang dan senantiasa dihiasi dengan senyum manisnya. Aku merasa bahwa ibu merasa sangat bahagia. Makan malam waktu itu, terasa sangat enak dan dipenuhi dengan tawa serta kehangatan yang membuat perasaan sangat nyaman.

Postingan populer dari blog ini

KONFLIK MEI 1998

Cerpen : Kehadiranmu Mengubahku